2 Naskah Khutbah Jumat 22 November 2024: Kiat Menjaga Istiqomah dalam Beribadah
Assalamualaikum, pernah nggak ngerasa semangat ibadah lagi di puncak terus tiba-tiba drop? Pas awal-awal semangat tahajud tiap malam, baca Quran khatam tiap bulan, tapi makin ke sini kok makin malas? Tenang, kamu nggak sendiri. Itu manusiawi banget, Sobat. teks dan Naskah Khutbah Jumat 22 November 2024: Kiat Menjaga Istiqomah dalam Beribadah.
Tapi jangan sampai kebiasaan. Kenapa? Karena yang Allah cintai itu bukan sekadar ibadah banyak-banyak terus capek. Tapi, yang paling keren itu adalah istiqomah alias konsisten meski kecil-kecilan. Rasulullah SAW bersabda:
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim).
So, gimana caranya biar kita nggak cuma on fire di awal, tapi bisa terus gaspol ibadah sampai akhir hayat? Ini dia kiat-kiatnya, santai tapi serius!
1. Kenali Dulu Tujuan Ibadah Kamu
Coba tanya ke hati, kenapa kamu ibadah? Kalau cuma karena ikut-ikutan, ya jelas gampang bosan. Tapi kalau sadar ibadah itu jalan buat deket sama Allah dan tabungan akhirat, ibadah bakal jadi lebih meaningful. Allah itu Maha Baik, Sob. Dia janjiin surga buat yang taat. Kalau udah inget surga, masa iya masih malas?
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56).
So, reset niat kamu. Bukan cuma biar terlihat alim, tapi biar Allah makin sayang.
2. Mulai dari yang Simple Dulu
Nggak usah langsung target sholat tahajud 2 jam tiap malam atau baca Quran 5 juz sehari kalau masih beginner. Mulai dari yang ringan, tapi rutin. Misalnya, habis sholat wajib jangan buru-buru kabur. Duduk bentar buat dzikir, baca doa, atau tilawah satu halaman.
Pelan-pelan aja. Ingat, jalan seribu mil dimulai dari langkah pertama. Kalau istiqomah kecil-kecil, nanti kebiasaan baik ini bakal tumbuh jadi kebiasaan besar.
3. Pilih Teman yang Support Ibadah
Teman itu pengaruh banget, Sob. Kalau main sama yang hobinya ngegibah, nongkrong nggak jelas, ya udah, bye-bye istiqomah. Tapi kalau temenan sama orang yang rajin ke masjid, ngajak kajian, dan ngingetin sholat, otomatis kamu juga bakal ikutan.
Rasulullah SAW bersabda:
"Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Maka, perhatikanlah siapa yang menjadi temanmu." (HR. Abu Dawud).
Cari circle yang bikin kamu makin deket sama Allah, bukan yang bikin lupa akhirat.
4. Lawan Malas dengan Pengingat Akhirat
Kadang kita kendor karena lupa tujuan akhir: akhirat. Padahal, dunia ini cuma sementara. Jadi, inget terus bahwa hidup ini ada pertanggungjawaban. Kalau mulai malas, coba baca kisah para sahabat Nabi yang ibadahnya luar biasa. Baca juga ayat-ayat tentang surga dan neraka. Dijamin, hati langsung tergerak buat bangkit lagi.
*"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan."_ (QS. Ali Imran: 185).
5. Doa, Doa, dan Doa
Ibadah itu bukan cuma soal usaha kita, tapi juga pertolongan Allah. Jadi, jangan lupa minta sama Allah biar dikasih kekuatan buat istiqomah. Doanya gampang kok:
"Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbi ‘Ala Diinik."
(Artinya: Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu).
Baca doa ini tiap habis sholat. Karena hati itu gampang banget goyah. Tapi kalau Allah yang pegang, insyaAllah aman.
6. Beri Reward ke Diri Sendiri
Nggak ada salahnya kasih apresiasi ke diri sendiri kalau berhasil istiqomah. Misalnya, kalau berhasil puasa Senin-Kamis sebulan penuh, traktir diri sendiri makan enak (tapi jangan boros ya). Itu bentuk syukur juga ke Allah atas kemudahan yang dikasih.
Penutup: Jangan Lelah, Bro dan Sis!
Sobat, perjalanan istiqomah itu kayak maraton, bukan sprint. Kadang capek, kadang malas, tapi yang penting terus jalan. Jangan lupa, Allah nggak pernah tidur. Dia selalu lihat usaha kita, sekecil apa pun. Jadi, jangan pernah putus asa.
Ayo terus jadi hamba yang tangguh, yang ibadahnya konsisten dan hati selalu dekat sama Allah. Semoga kita semua bisa meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin.
Jadi, mulai sekarang, yuk, gaspol lagi ibadahnya. Jangan nunggu nanti, karena siapa yang tahu sampai kapan kita hidup? Semangat!
BERIKUT Naskah Khutbah Jumat 22 November 2024 dengan Kiat Menjaga Istiqomah dalam Beribadah semoga bermanfaat!
Khutbah 1
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْكِ الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَآبِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْـتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِاِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Mengawali khutbah ini, tidak bosan-bosannya, khatib mengajak kepada diri khatib pribadi dan seluruh jamaah untuk senantiasa bersyukur pada Allah swt atas segala anugerah nikmat yang kita terima dalam kehidupan ini. Dan juga mari kita terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt, bukan hanya diucapkan melalui lisan kita saja, namun terlebih dari itu ditancapkan dalam hati dan diwujudkan dalam perbuatan kita sehari-hari. Di antara wujud komitmen bertakwa itu adalah senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjadi panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang mau tidak mau suka tidak suka harus dipilih. Begitu juga dalam beribadah, seorang hamba biasanya akan mampu melaksanakan ibadah seberat apapun. Hal itu dilakukan sebagai bentuk pengabdian seorang hamba kepada penciptanya.
Dalam kehidupan ketika kita ingin mengawali suatu hal itu lebih mudah, membuat juga mudah, melakukan juga mudah. Namun yang lebih sulit adalah ketika menjaga dan mengistiqomahkannya. Allah lebih mencintai hamba-Nya yang beramal sedikit namun terus menerus, ketimbang seorang hamba yang mengerjakan banyak hal namun hanya sesekali. Rasulullah SAW bersabda: ““Pekerjaan-pekerjaan (yang baik) yang lebih disukai Allah adalah pekerjaan yang terus-menerus (dawwam) dikerjakan walaupun pekerjaan itu sedikit”. (HR. Bukhari dan Muslim dari ‘Aisyah).”
Istiqomah merupakan salah satu bentuk akhlak mulia, Kata istiqomah merupakan istilah dari bahasa Arab yang sering didengar dan diucapkan oleh masyarakat muslim. Sifat istiqomah ini sepatutnya dimiliki oleh setiap muslim agar tidak mudah digoyahkan tantangan ataupun hambatan dalam menunaikan ibadah serta menjalankan perintah Islam.
Secara bahasa Istiqomah diambil dari kata qama yang pada awalnya berarti lurus atau tidak melenceng. Dari segi bahasa, istiqomah berarti pelaksanaan sesuatu secara baik dan benar serta bersinambung. Kata ini kemudian dipahami dalam arti konsisten dan setia melaksanakan sesuatu sebaik dan semaksimal mungkin. Secara terminologi, istiqomah dapat diartikan dengan beberapa pengertian, yang diambil dari pendapat para sahabat Nabi yakni:
Pertama, Abu Bakar as-Shiddiq ketika ditanya tentang istiqomah, Beliau menjawab istiqomah adalah kemurnian tauhid. (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa atau siapa pun). Kedua, Umar bin al-Khattab berkata, istiqomah adalah komitmen terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu. Ketiga, Utsman bin Affan berkata, istiqomah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah. Dan Keempat, Ali bin Abi Thalib berkata, istiqomah adalah melaksanakan kewajiban- kewajiban. Dalam Al Qur’an dijelaskan:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (Qs. Fussilat: 30)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Menurut Wahbah Az Zuhaili yang dimaksud dengan istiqomah dalam ayat di atas adalah kekal dalam pengakuan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan dan tidak pernah berpaling dengan mengakui Tuhan selain Allah SWT, kemudian konsisten dan menetapi perintah-Nya. Beramal karena Dia, menjauhi maksiat hingga akhir hayatnya.
Dalam Syarh Hikam al-‘Athoiyyah I/126 dijelaskan: “Istiqamahlah kamu sekalian….!!Artinya bersungguh-sungguhlah menjalankan syariat, Thariqah dan hakikat karena sesungguhnya istiqamah itu lebih utama ketimbang seribu karamah.Istiqamah adalah konsekuen pada akidah yang benar, melanggengkan diri pada ilmu yang bermanfaat, beramal shalih, ikhlas yang murni, selalu khudur pada hadhirat Allah serta berpaling dari selain Allah.” Amal ibadah yang dilakukan secara istiqomah mempunyai keutamaan walaupun tidak banyak. Sebagaimana sabda Nabi: “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang ajeg (terus-menerus) walaupun itu sedikit”. Amal yang dilakukan secara istiqomah akan membentuk kebiasaan dan kesadaran dalam diri seseorang, sehingga amal ibadah yang dilakukan secara istiqomah dapat mencegah kebosanan dan menimbulkan sifat ikhlas.
Dengan sikap istiqomah seorang muslim akan senantiasa optimis serta tegar dalam menjalani hidup dan menghadapi segala rintangan dan hambatan. Karena di dalam kehidupan manusia akan menemui banyak dinamika seperti suka dan duka, yang benar dan yang salah, yang indah dan yang jelek, serta rasa puas dan kecewa. Situasi dan kondisi yang dinamis tersebut kita dianjurkan oleh agama agar memiliki sikap istiqomah, yaitu tetap berpendirian teguh di atas suatu keyakinan bahwa hidup ini bersumber dari yang Maha Kuasa dan akan kembali kepada-Nya. Dengan demikian, Seorang Muslim akan mempunyai pegangan dalam menjalani kehidupan sehingga tidak goyah dalam menghadapi peristiwa apapun.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memelihara dan menjaga sikap istiqamah diantaranya: Pertama senantiasa memperbaharui keimanan kita dengan membiasakan mengingat Allah hal ini dapat dilakukan dengan melafalkan kalimat toyyibah. Kedua dengan menanamkan semangat kebersamaan dan persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah) agar menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama yang kebetulan memiliki keterbatasan ekonomi. Hal ini dapat berbentuk aktivitas yang didasari dengan prinsip saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran serta saling berpesan untuk berkasih sayang. Allah SWT berfirman:
ثُمَّ كَانَ مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا بِالْمَرْحَمَةِۗ
Artinya: “Kemudian, dia juga termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar serta saling berpesan untuk berkasih sayang.” (Qs. Al Balad: 17)
Dan yang Ketiga mencintai dan menghadiri majlis-majelis ilmu untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan keIslaman.
Istiqomah merupakan sikap luhur yang mampu menerapkan konsistensi, ketabahan, kemenangan, keperwiraan dan kejayaan di medan pertarungan antara ketaatan, hawa nafsu dan keinginan. Oleh karena itu mereka yang beristiqomah layak untuk mendapat penghormatan yang tinggi dengan hilangnya perasaan takut dan sedih dan memberi kabar gembira kepada mereka dengan kenikmatan surga.
Dalam mewujudkan dan menjaga istiqomah proses pembinaannya harus dilakukan secara terus menerus (kontinu) dan tidak bisa dilakukan sebagai pekerjaan sambilan saja, artinya diperlukan kesungguhan lahir (ijtihad dan jihad) maupun usaha batin (mujahadah) dengan tetap waspada terhadap berbagai macam bentuk rayuan dan godaan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Indikator keistiqomahan seseorang terutama akan terlihat ketika menghadapi perubahan dan godaan dalam menjalani suatu perbuatan. Dengan demikian, dapat diilustrasikan bahwa istiqomah ibarat laboratorium ‘uji nyali’, apakah seseorang akan goyah dan tergoda oleh rayuan atau teguh hati dan konsisten dalam memegang prinsip.
Dengan demikian, istiqomah merupakan hal yang menjadi intisari dari semua pokok agama, yaitu tegak dan kokoh dihadapan Allah di atas hakikat kebenaran dan memenuhi janji. Istiqomah berkaitan dengan perkataan perbuatan, prilaku dan niat. Istiqomah dalam hal-hal tersebut terlaksana karena Allah, dengan Allah dan di atas perintah Allah. Sebagian ulama mengatakan, “jadilah kamu pemilik istiqomah, bukan pencari karamah (kemuliaan), sedangkan Tuhan menuntut keistiqomahan”. Istiqamah dalam hal prilaku seperti ruh dalam tubuh. Jika tubuh tidak memiliki ruh, tubuh menjadi mati. Begitu juga, jika prilaku tidak memiliki keistiqomahan, maka ia akan menjadi rusak.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهٗ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah 2
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ